HENDRA ANAK NAKAL
Minggu, 04 November 2012
Sabtu, 30 April 2011
The New Performing Arts centre
- THE EYE OF THE STORM
Seoul2005
South Korea
• The New Performing Arts centre (Opera House, Concert
hall and Outdoor Concert Hall)
• Di Pulau Nodeul,terletak di sebuah pulau buatan sepanjang
sungai Hangang.
• Bangunan bulat seperti kristal.
• Bagian dalam/bagian luar » bentuk berbentuk lonjong panjang galeria yang mengaktifkan mengatur suhu internal pusat menurut iklim musim.
Baja struktur lentur mempunyai fungsi ganda bertindak sebagai membangun menjadikan pelengkap dan sebagai bagian dari menggantung sistem tembus cahaya polycarbonate kain linen.Sistem Struktur Dan Beban Pada Struktur
Struktur adalah sebuah sistem, artinya gabungan atau rangkaian dari berbagai macam elemen-elemen yang dirakit sedemikian rupa hingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
Elemen-Elemen Dasar Struktur
Elemen Struktur Vertikal ;
• Kolom Murni ; perletakan kolom (Lihat Lampiran Gambar)
– Letak kolom dengan pengulangan secara merata
– Letak kolom ditepi,
– Ditepi dan ditengah
– Letak kolom terpusat
• Dinding Murni ; Lihat Lampiran Gambar)
– Dinding Lurus/Linear
– Dinding Siku/Tekuk
– Dinding Core Terbuka
– Dinding Core Tertutup
• Gabungan/Kombinasi
– Kombinasi antara kolom, dinding-dinding
– Dapat diletakkan tegak, miring atu kurva
Elemen Struktur Horizontal ;
• Plat Lantai ; (Lihat Lampiran Gambar)
– Plat Beton Slab (Solid)
– Plat Wafel
– Plat Komposit (Steel Deck - Bondex)
– Plat Berongga (Hollow-core concrete slabs)
• Atap Datar
– Dak Beton
– Steel Deck
– Komposit/Kombinasi
• Balok-Balok ; (Lihat Lampiran Gambar)
– Balok Paralel; satu arah (oneway) dan dua arah (two way system)
– Balok dengan susunan Radial
– Balok dengan susunan Diagonal
– Balok dengan susunan Kombinasi (Hibrid)
Elemen Dasar Struktur menurut Bentuk Geometrik • Elemen Garis Lurus (Balok dan Kolom) – merupakan elemen struktur satu dimensi.
• Elemen Bidang Datar (Flat Surface Structure/Slab)
• Elemen Lipat/Patah dan Lipat Kurva ( “Folded and Curved Line“)
• Elemen Dinding Lengkung dan Dinding Miring
• Elemen Permukaan Lengkung (“Curved Surface“)
Beban ada struktur
Beban Gravitasi
Tegak Lurus Kebumi, vertikal ke bumi, beban yang secara alami dimiliki oleh setiap benda di muka bumi.
Beban Lateral atau Horizontal
Tegak Lurus terhadap beban gravitasi atau mendatar relatif sejajar permukaan bumi.
Beban yang disebabkan Alam (Geofisika)
Arus dan Gelombang air, geothermal-uap dan gas, angin, gempa tektonik dan vulkanik, hujan, salju, dsb.
Beban yang disebabkan Buatan Manusia (Man Made)
getaran kendaraan, suara buatan, ledakan bom, nuklir, benturan, pukulan, dsb.
Beban Mati
• Berat Sendiri – Struktur dan Seisinya
• Sifatnya Permanen – Tetap, Statik
• Beban mati dapat dihitung dengan akurat – material dan komponennya jelas.
Contoh :
• Struktur dinding, lantai, atap, plafon, perlengkapan Sistem Mekanikal Elektrikal
• Rincian beban dapat dilihat dalam Tabel Beban
Beban Hidup
• Salju, Air hujan, Es
• Tekanan Air,Tanah, dan Air Tanah
• Beban Angin
• Beban Gempa ;
- Pergeseran pada Patahan/plate
- Tanah Longsor, Tanah Turun pada lapisan bawah
- Tsunami
• Beban Termis – Panas, Memuai dan Pemuaian
• Beban Ledakan – Nuklir, Super Sonic
• Sifatnya Berubah atau Temporari atau Semi Permanen
• Beban Hidup terkadang sukar diprekdiksi arah dan besarnya
• Besaran dapat berubah menurut Waktu dan Tempat
• Beban Hidup dapat bekerja secara Statik ataupun Dinamik
Contoh :
• Orang, Perabot Interior-Furnitur, Dinding Partisi, Sebagian Perlengkapan Mekanikal (tangki air, pipa, dll).
• Rincian beban dapat dilihat dalam Tabel Beban
TAMAN ATAP
aman atap adalah setiap taman di atap sebuah bangunan . Selain manfaat dekoratif, penanaman atap dapat menyediakan makanan, mengatur suhu, manfaat hidrologi, peningkatan arsitektur, habitat atau koridor untuk satwa liar, dan kesempatan rekreasi.
Tanaman memiliki kemampuan untuk mengurangi penyerapan panas secara keseluruhan dari gedung yang kemudian mengurangi konsumsi energi. "Penyebab utama dari panas build-up di kota-kota adalah insolation , penyerapan radiasi matahari oleh jalan dan bangunan di kota dan penyimpanan ini panas dalam bahan bangunan dan re-radiasi yang berikutnya. Tanaman permukaan Namun, sebagai akibatnya transpirasi, jangan naik lebih dari 4-5 ° C di atas ambien dan kadang-kadang dingin ". Hal ini kemudian diterjemahkan ke dalam pendingin lingkungan antara 3,6 dan 11,3 derajat Celsius (6,5 dan 20,3 ° F), tergantung pada wilayah di bumi (di daerah lebih panas, suhu lingkungan akan dingin lebih). Sebuah penelitian di National Research Council of Canada menunjukkan perbedaan antara atap dengan taman dan atap tanpa kebun terhadap suhu. Hasil studi menunjukkan efek suhu pada lapisan atap yang berbeda pada waktu yang berbeda setiap hari. kebun Atap ini jelas sangat bermanfaat dalam mengurangi pengaruh suhu terhadap atap tanpa kebun. "Jika diadopsi secara luas, taman atap dapat mengurangi pulau panas perkotaan, yang akan mengurangi asap episode, masalah yang terkait dengan stres panas dan konsumsi energi lebih rendah lebih lanjut."
Singapura sangat aktif dalam pembangunan perkotaan hijau."Atap kebun kemungkinan hadir untuk membawa pengertian tentang sifat dan ruang terbuka lebih lanjut dalam pembangunan gedung tinggi.Alasan rekreasi, seperti rekreasi dan relaksasi, mempercantik lingkungan, dan tanaman hijau dan alam, menerima paling banyak suara.
KONSERVASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA
Cagar budaya adalah kegiatan untuk menjaga atau melakukan konservasi terhadap benda-benda alam atau buatan manusia yang dianggap memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Di Indonesia, benda cagar budaya harus berumur sekurang-kurangnya 50 tahun (UU No.5 tahun 1992).
Benda cagar budaya tidak hanya penting bagi disiplin ilmu arkeologi, tetapi terdapat berbagai disiplin yang dapat melakukan analisis terhadapnya. Antropologi misalnya dapat melihat kaitan antara benda cagar budaya dengan kebudayaan sekarang.
Cagar budaya bangunan golongan A
Candi Borobudur
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.
Nama Candi Borobudur
Mengenai penamaannya juga terdapat beberapa pendapat diantaranya:
Raffles: Budur yang kuno (Boro= kuno, budur= nama tempat) Sang Budha yang agung (Boro= agung, budur= Buddha) Budha yang banyak (Boro= banyak, budur= Buddha)
Moens: Kota para penjunjung tinggi Sang Budha
Casparis: Berasal dari kata sang kamulan ibhumisambharabudara, berdasarkan kutipan dari prasasti Sri Kahulunan 842 M yang artinya bangunan suci yang melambangkan kumpulan kebaikan dari kesepuluh tingkatan Bodhisattva.
Poerbatjaraka: Biara di Budur (Budur= nama tempat/desa)
Soekmono dan Stutertheim: Bara dan budur berarti biara di atas bukit Menurut Soekmono fungsi Candi Borobudur sebagai tempat ziarah untuk memuliakan agama Budha aliran Mahayana dan pemujaan nenek moyang.
Pemugaran
Upaya pemugaran Candi Borobudur dilakukan sebanyak dua kali yaitu pertama dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda dibawah pimpinan Van Erp dan yang kedua dilakukan oleh pemerintah Indonesia yang diketuai oleh Soekmono (alm).
Pemugaran I tahun 1907 – 1911, Pemugaran I sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah Hindia Belanda. Sasaran pemugaran lebih banyak ditujukan pada bagian puncak candi yaitu tiga teras bundar dan stupa pusatnya. Namun oleh karena beberapa batunya tidak diketemukan kembali, bagian puncak (catra) stupa, tidak bisa dipasang kembali. Pemugaran bagian bawahnya lebih bersifat tambal sulam seperti perbaikan/pemerataan lorong, perbaikan dinding dan langkan tanpa pembongkaran sehingga masih terlihat miring. Usaha-usaha konservasi telah dilakukan sejak pemugaran pertama oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan terus menerus mengadakan pengamatan dan penelitian terhadap Candi Borobudur, sementara proses kerusakan dan pelapukan batu-batu Candi Borobudur yang disebabkan oleh berbagai faktor terus berlangsung. Dan hasil penelitian yang diadakan oleh suatu panitia yang dibentuk dalam tahun 1924 diketahui bahwa sebab-sebab kerusakan itu ada 3 macam, yaitu korosi, kerja mekanis dan kekuatan tekanan dan tegangan di dalam batu-batu itu sendiri (O.V. 1930 : 120-132).
Pemugaran II tahun 1973 – 1983, Sesudah usaha pemugaran Van Erp berhasil diselesaikan pada tahun 1911, pemeliharaan terhadap Candi Borobudur terus dilakukan. Berdasarkan perbandingan antara kondisi saat itu dengan foto-foto yang dibuat Van Erp 10 tahun sebelumnya, diketahui ternyata proses kerusakan pada Candi Borobudur terus terjadi dan semakin parah, terutama pada dinding relief batu-batunya rusak akibat pengaruh iklim. Selain itu bangunan candinya juga terancam oleh kerusakan. Dengan masuknya Indonesia menjadi anggota PBB, maka secara otomatis Indonesia menjadi anggota UNESCO. Melalui lembaga UNECO tersebut, Indonesia mulai mengimbau kepada dunia internasional untuk ikut menyelamatkan bangunan yang sangat bersejarah tersebut. Usaha tersebut berhasil, dengan dana dari Pelita dan dana UNESCO, pada tahun 1975 mulailah dilakukan pemugaran secara total. Oleh karena pada tingkat Arupadhatu keadaannya masih baik, maka hanya tingkat bawahnya saja yang dibongkar. Dalam pembongkaran tersebut ada tiga macam pekerjaan, yaitu tekno arkeologi yang terdiri atas pembongkaran seluruh bagian Rupadhatu, yaitu empat tingkat segi empat di atas kaki candi, pekerjaan teknik sipil yaitu pemasangan pondasi beton bertulang untuk mendukung Candi Borobudur untuk setiap tingkatnya dengan diberi saluran air dan lapisan kedap air di dalam konstruksinya, dan pekerjaan kemiko arkeologis yaitu pembersihan dan pengawetan batu-batunya, dan akhirnya penyusunan kembali batu-batu yang sudah bersih dari jasad renik (lumut, cendawan, dan mikroorganisme lainnya) ke bentuk semula.
Perlindungan
Usaha perlindungan dilakukan dengan membuat mintakat (zoning) pada situs Candi Borobudur yaitu:
- Zone I Area suci, untuk perlindungan monumen dan lingkungan arkeologis (radius 200 m)
- Zone II Zona taman wisata arkeologi, untuk menyediakan fasilitas taman dan perlindungan lingkungan sejarah (radius 500 m)
- Zone III Zona penggunaan tanah dengan aturan khusus, untuk mengontrol pengembangan daerah di sekitar taman wisata (radius 2 km)
- Zone IV Zona Perlindungan daerah bersejarah, untuk perawatan dan pencegahan kerusakan daerah sejarah (radius 5 km)
- Zone V Zona taman arkeologi nasional, untuk survei arkeologi pada daerah yang luas dan pencegahan kerusakan monumen yang masih terpendam (radius 10 km)
Zona I dan zona II dimiliki oleh pemerintah. Zona I dikelola oleh Balai Studi dan Konservasi Borobudur, zona II dikelola oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko. Pada zona II juga tersedia fasilitas turis : parkir mobil, loket tiket, pusat informasi, museum, kios-kios, dan lain-lain. Zona III, IV, dan V dimiliki oleh masyarakat, tetapi pemanfaatannya dikontrol oleh pemerintah daerah.
Cagar budaya bangunan golongan B
Museum Seni Rupa dan Keramik
Museum Seni Rupa dan Keramik terletak di Jalan Pos Kota No 2, Kotamadya Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Museum yang tepatnya berada di seberang Museum Sejarah Jakarta itu memajang keramik lokal dari berbagai daerah di Tanah Air, dari era Kerajaan Majapahit abad ke-14, dan dari berbagai negara di dunia.
Gedung yang dibangun pada 12 Januari 1870 itu awalnya digunakan oleh Pemerintah Hindia-Belanda untuk Kantor Dewan Kehakiman pada Benteng Batavia (Ordinaris Raad van Justitie Binnen Het Kasteel Batavia). Saat pendudukan Jepang dan perjuangan kemerdekaan sekitar tahun 1944, tempat itu dimanfaatkan oleh tentara KNIL dan selanjutnya untuk asrama militer TNI.
Pada 10 Januari 1972, gedung dengan delapan tiang besar di bagian depan itu dijadikan bangunan bersejarah serta cagar budaya yang dilindungi. Tahun 1973-1976, gedung tersebut digunakan untuk Kantor Walikota Jakarta Barat dan baru setelah itu diresmikan oleh Presiden Soeharto sebagai Balai Seni Rupa Jakarta.
Pada 1990 bangunan itu akhirnya digunakan sebagai Museum Seni Rupa dan Keramik yang dirawat oleh Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta.
Cagar budaya bangunan golongan C
Pasar Baru, JAKARTA
Pasar Baru adalah kawasan perdagangan yang berpusat di Jalan Pasar Baru, Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat. Pusat perbelanjaan ini didirikan pada tahun 1820,dan merupakan pusat perbelanjaan tertua di Jakarta.
Pusat perbelanjaan ini dibangun pada tahun 1820 sebagai Passer Baroe sewaktu Jakarta masih bernama Batavia. Orang yang berbelanja di Passer Baroe adalah orang Belanda yang tinggal di Rijswijk (sekarang Jalan Veteran).Toko-toko di Passer Baroe dibangun dengan gaya arsitektur Cina dan Eropa.
Di antara toko-toko lama yang masih ada hingga kini adalah Apotek Kimia Farma, toko Lee Ie Seng, toko perabot rumah tangga Melati, toko jam Tjung-Tjung, dan toko kacamata Seis (Tjun Lie). Penjahit jas yang sudah ada sejak dulu adalah Isardas, Hariom, dan Gehimal, dan wanita berbelanja di toko kain Bombay dan Lilaram.Toko-toko besar yang dulunya pernah ada di antaranya Toko Europa dan Toko de Zon. Pengusaha ritel Matahari Putra Prima mendirikan bisnisnya di Pasar Baru pada tahun 1958.
Di ujung utara Jalan Pasar Baru dulunya merupakan pusat pedagang komik. Bioskop yang pernah ada di kawasan Pasar Baru adalah Bioskop Globe, Bioskop Capitol, dan Bioskop Astoria (Bioskop Satria) di Pintu Air. Pasar Baru merupakan tempat kelahiran rumah makan Bakmi Gang Kelinci. Usaha rumah makan ini dimulai pada tahun 1957 sebagai pedagang mi gerobak di Jalan Pintu Besi, depan Bioskop Globe.
Benda cagar budaya tidak hanya penting bagi disiplin ilmu arkeologi, tetapi terdapat berbagai disiplin yang dapat melakukan analisis terhadapnya. Antropologi misalnya dapat melihat kaitan antara benda cagar budaya dengan kebudayaan sekarang.
Cagar budaya bangunan golongan A
Candi Borobudur
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.
Nama Candi Borobudur
Mengenai penamaannya juga terdapat beberapa pendapat diantaranya:
Raffles: Budur yang kuno (Boro= kuno, budur= nama tempat) Sang Budha yang agung (Boro= agung, budur= Buddha) Budha yang banyak (Boro= banyak, budur= Buddha)
Moens: Kota para penjunjung tinggi Sang Budha
Casparis: Berasal dari kata sang kamulan ibhumisambharabudara, berdasarkan kutipan dari prasasti Sri Kahulunan 842 M yang artinya bangunan suci yang melambangkan kumpulan kebaikan dari kesepuluh tingkatan Bodhisattva.
Poerbatjaraka: Biara di Budur (Budur= nama tempat/desa)
Soekmono dan Stutertheim: Bara dan budur berarti biara di atas bukit Menurut Soekmono fungsi Candi Borobudur sebagai tempat ziarah untuk memuliakan agama Budha aliran Mahayana dan pemujaan nenek moyang.
Pemugaran
Upaya pemugaran Candi Borobudur dilakukan sebanyak dua kali yaitu pertama dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda dibawah pimpinan Van Erp dan yang kedua dilakukan oleh pemerintah Indonesia yang diketuai oleh Soekmono (alm).
Pemugaran I tahun 1907 – 1911, Pemugaran I sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah Hindia Belanda. Sasaran pemugaran lebih banyak ditujukan pada bagian puncak candi yaitu tiga teras bundar dan stupa pusatnya. Namun oleh karena beberapa batunya tidak diketemukan kembali, bagian puncak (catra) stupa, tidak bisa dipasang kembali. Pemugaran bagian bawahnya lebih bersifat tambal sulam seperti perbaikan/pemerataan lorong, perbaikan dinding dan langkan tanpa pembongkaran sehingga masih terlihat miring. Usaha-usaha konservasi telah dilakukan sejak pemugaran pertama oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan terus menerus mengadakan pengamatan dan penelitian terhadap Candi Borobudur, sementara proses kerusakan dan pelapukan batu-batu Candi Borobudur yang disebabkan oleh berbagai faktor terus berlangsung. Dan hasil penelitian yang diadakan oleh suatu panitia yang dibentuk dalam tahun 1924 diketahui bahwa sebab-sebab kerusakan itu ada 3 macam, yaitu korosi, kerja mekanis dan kekuatan tekanan dan tegangan di dalam batu-batu itu sendiri (O.V. 1930 : 120-132).
Pemugaran II tahun 1973 – 1983, Sesudah usaha pemugaran Van Erp berhasil diselesaikan pada tahun 1911, pemeliharaan terhadap Candi Borobudur terus dilakukan. Berdasarkan perbandingan antara kondisi saat itu dengan foto-foto yang dibuat Van Erp 10 tahun sebelumnya, diketahui ternyata proses kerusakan pada Candi Borobudur terus terjadi dan semakin parah, terutama pada dinding relief batu-batunya rusak akibat pengaruh iklim. Selain itu bangunan candinya juga terancam oleh kerusakan. Dengan masuknya Indonesia menjadi anggota PBB, maka secara otomatis Indonesia menjadi anggota UNESCO. Melalui lembaga UNECO tersebut, Indonesia mulai mengimbau kepada dunia internasional untuk ikut menyelamatkan bangunan yang sangat bersejarah tersebut. Usaha tersebut berhasil, dengan dana dari Pelita dan dana UNESCO, pada tahun 1975 mulailah dilakukan pemugaran secara total. Oleh karena pada tingkat Arupadhatu keadaannya masih baik, maka hanya tingkat bawahnya saja yang dibongkar. Dalam pembongkaran tersebut ada tiga macam pekerjaan, yaitu tekno arkeologi yang terdiri atas pembongkaran seluruh bagian Rupadhatu, yaitu empat tingkat segi empat di atas kaki candi, pekerjaan teknik sipil yaitu pemasangan pondasi beton bertulang untuk mendukung Candi Borobudur untuk setiap tingkatnya dengan diberi saluran air dan lapisan kedap air di dalam konstruksinya, dan pekerjaan kemiko arkeologis yaitu pembersihan dan pengawetan batu-batunya, dan akhirnya penyusunan kembali batu-batu yang sudah bersih dari jasad renik (lumut, cendawan, dan mikroorganisme lainnya) ke bentuk semula.
Perlindungan
Usaha perlindungan dilakukan dengan membuat mintakat (zoning) pada situs Candi Borobudur yaitu:
- Zone I Area suci, untuk perlindungan monumen dan lingkungan arkeologis (radius 200 m)
- Zone II Zona taman wisata arkeologi, untuk menyediakan fasilitas taman dan perlindungan lingkungan sejarah (radius 500 m)
- Zone III Zona penggunaan tanah dengan aturan khusus, untuk mengontrol pengembangan daerah di sekitar taman wisata (radius 2 km)
- Zone IV Zona Perlindungan daerah bersejarah, untuk perawatan dan pencegahan kerusakan daerah sejarah (radius 5 km)
- Zone V Zona taman arkeologi nasional, untuk survei arkeologi pada daerah yang luas dan pencegahan kerusakan monumen yang masih terpendam (radius 10 km)
Zona I dan zona II dimiliki oleh pemerintah. Zona I dikelola oleh Balai Studi dan Konservasi Borobudur, zona II dikelola oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko. Pada zona II juga tersedia fasilitas turis : parkir mobil, loket tiket, pusat informasi, museum, kios-kios, dan lain-lain. Zona III, IV, dan V dimiliki oleh masyarakat, tetapi pemanfaatannya dikontrol oleh pemerintah daerah.
Cagar budaya bangunan golongan B
Museum Seni Rupa dan Keramik
Museum Seni Rupa dan Keramik terletak di Jalan Pos Kota No 2, Kotamadya Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Museum yang tepatnya berada di seberang Museum Sejarah Jakarta itu memajang keramik lokal dari berbagai daerah di Tanah Air, dari era Kerajaan Majapahit abad ke-14, dan dari berbagai negara di dunia.
Gedung yang dibangun pada 12 Januari 1870 itu awalnya digunakan oleh Pemerintah Hindia-Belanda untuk Kantor Dewan Kehakiman pada Benteng Batavia (Ordinaris Raad van Justitie Binnen Het Kasteel Batavia). Saat pendudukan Jepang dan perjuangan kemerdekaan sekitar tahun 1944, tempat itu dimanfaatkan oleh tentara KNIL dan selanjutnya untuk asrama militer TNI.
Pada 10 Januari 1972, gedung dengan delapan tiang besar di bagian depan itu dijadikan bangunan bersejarah serta cagar budaya yang dilindungi. Tahun 1973-1976, gedung tersebut digunakan untuk Kantor Walikota Jakarta Barat dan baru setelah itu diresmikan oleh Presiden Soeharto sebagai Balai Seni Rupa Jakarta.
Pada 1990 bangunan itu akhirnya digunakan sebagai Museum Seni Rupa dan Keramik yang dirawat oleh Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta.
Cagar budaya bangunan golongan C
Pasar Baru, JAKARTA
Pasar Baru adalah kawasan perdagangan yang berpusat di Jalan Pasar Baru, Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat. Pusat perbelanjaan ini didirikan pada tahun 1820,dan merupakan pusat perbelanjaan tertua di Jakarta.
Pusat perbelanjaan ini dibangun pada tahun 1820 sebagai Passer Baroe sewaktu Jakarta masih bernama Batavia. Orang yang berbelanja di Passer Baroe adalah orang Belanda yang tinggal di Rijswijk (sekarang Jalan Veteran).Toko-toko di Passer Baroe dibangun dengan gaya arsitektur Cina dan Eropa.
Di antara toko-toko lama yang masih ada hingga kini adalah Apotek Kimia Farma, toko Lee Ie Seng, toko perabot rumah tangga Melati, toko jam Tjung-Tjung, dan toko kacamata Seis (Tjun Lie). Penjahit jas yang sudah ada sejak dulu adalah Isardas, Hariom, dan Gehimal, dan wanita berbelanja di toko kain Bombay dan Lilaram.Toko-toko besar yang dulunya pernah ada di antaranya Toko Europa dan Toko de Zon. Pengusaha ritel Matahari Putra Prima mendirikan bisnisnya di Pasar Baru pada tahun 1958.
Di ujung utara Jalan Pasar Baru dulunya merupakan pusat pedagang komik. Bioskop yang pernah ada di kawasan Pasar Baru adalah Bioskop Globe, Bioskop Capitol, dan Bioskop Astoria (Bioskop Satria) di Pintu Air. Pasar Baru merupakan tempat kelahiran rumah makan Bakmi Gang Kelinci. Usaha rumah makan ini dimulai pada tahun 1957 sebagai pedagang mi gerobak di Jalan Pintu Besi, depan Bioskop Globe.
PENGARTIAN KONSERVASI
Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan.
Menurut ilmu lingkungan, Konservasi adalah :
- Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi, atau distribusi yang berakibat pada pengurangan konsumsi energi di lain pihak menyediakan jasa yang sama tingkatannya.
- Upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan dan sumber daya alam.
- Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil sepanjang reaksi kiamia atau transformasi fisik. ( Fisik )
- Upaya suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan
- Suatu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilayah dapat dikelola, sementara keaneka-ragaman genetik dari spesies dapat berlangsung dengan mempertahankan lingkungan alaminya.
Di Indonesia konservasi adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Sementara taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam merupakan Kawasan Pelestarian Alam (KPA).
Taman nasional mempunyai ekosistem asli yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman hutan raya untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Taman wisata alam dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.
Kawasan konservasi mempunyai karakteristik sebagaimana berikut:
- Karakteristik, keaslian atau keunikan ekosistem (hutan hujan tropis/'tropical rain forest' yang meliputi pegunungan, dataran rendah, rawa gambut, pantai)
- Habitat penting/ruang hidup bagi satu atau beberapa spesies (flora dan fauna) khusus: endemik (hanya terdapat di suatu tempat di seluruh muka bumi), langka, atau terancam punah (seperti harimau, orangutan, badak, gajah, beberapa jenis burung seperti elang garuda/elang jawa, serta beberapa jenis tumbuhan seperti ramin). Jenis-jenis ini biasanya dilindungi oleh peraturan perundang-undangan.
- Tempat yang memiliki keanekaragaman plasma nutfah alami.
- Lansekap (bentang alam) atau ciri geofisik yang bernilai estetik/scientik.
- Fungsi perlindungan hidro-orologi: tanah, air, dan iklim global.
Pengusahaan wisata alam yang alami (danau, pantai, keberadaan satwa liar yang menarik).
Langganan:
Postingan (Atom)